Sekitar pukul
18.00 wib, kami berkumpul di kontrakan Arya, kontrakan yang menjadi beskem
anak-anak. Di sana sudah menunggu beberapa orang teman, diantaranya Lazuardi,
Tegar, Arya, Fanju, Imam, Fahmi, Ace, Mac, Ben, Gebi dan Fajar. Tegar
meyakinkan Lazuardi yang tengah bimbang untuk ikut dalam pendakian ini, dan
berhasil. Kamipun beranjak dari beskem menuju stasiun UI sekitar pukul 19.30
wib.
Dari stasiun UI, kami
naik kereta Commuterline dengan membayar tiket Rp.7000 per orang, kereta jam
segitu lagi penuh-penuhnya, untung saya masih bisa nyempil diantara mereka yang
berdesakan. Sekitar 30 menit perjalanan, kamipun tiba di stasiun Bogota
(Bogor).
Gunung Gede |
Udara dingin Cibodas
seketika menyerang segerombolan anak muda yang penasaran ingin menaklukkan Gunung Gede. Kami menginap di warung mang Iding, warung yang sudah terkenal namanya
seantero pendaki Gunung Gede Pangrango. Arya mengeluh kedinginan, dan tiba-tiba Fanju nyeletuk : “Kucing disini aja gak pake jaket berani”. Sambil menunjuk
seekor kucing belang putih yang lagi santai.
Hari sudah mulai larut, udara
semakin dingin, sekitar pukul 01.00 wib (16 Juli 2011) kami istirahat tidur. Ternyata
tak seperti yang dibayangkan, untuk tidur saja susahnya minta ampun, berisik
sekali di sini. Dasar “si telor dadar telor ceplok” sialan. Dengan hati gondok,
akhirnya kami tertidur juga, mesti beberapa teman ada yang mengaku tak bisa
tidur semalaman.
Sunrise Gunung Gede |
Menapaki jalan setapak
berbatu dan berundak, langkah kaki Lazuardi yang tadinya ragu kian mantap
karena tak mungkin rasanya pulang sendirian. Setelah melapor di pos pelaporan,
kami melanjutkan perjalanan sampai Pos Panyangcangan. Sebagian dari kami yang
lapar, mulai makan nasi yang tadi dibungkus sebelum berangkat. Dan sebagian
lagi makan sekitar pukul 10.00 wib.
Hari sudah mulai gelap, lembayung senja bersinar redup di langit ketika kaki menapaki “Tanjakan Setan”, begitu nama tanjakan yang sering di sebut-sebut para pendaki Gunung Gede. Tanjakan sekitar 75 derajat yang sudah dilengkapi tali agar mudah dilalui. Vegetasi yang tadinya berupa pohon-pohon besar nan rimbun berganti dengan pohon-pohon kecil yang kokoh dan menempel di bebatuan. Kami melakukan Summit Attack sekitar pukul 17.00 wib. Dan kami tiba di puncak yang memakan waktu sekitar 12 jam perjalanan.
Udara malam di puncak
semakin menjadi-jadi, berhasil membuat Fahmi muntah-muntah yang merupakan
reaksi normal tubuh dalam penyesuaian ketinggian. Tenda yang tadinya berkapasitas
3 orang berhasil kami isi 5 orang, tentu saja posisi tidurnya selang-seling
sedemikian rupa. Tanpa sadar Ace mengemut jempol kaki adiknya saat ngelindur.
Pukul 02.00 wib, saya
sempat terbangun oleh suara Mac di luar tenda. Ada2 saja, mereka lebih memilih
bikin api unggun daripada meringkuk di dalam kantung tidur. Dan Lazuardi pun
menyerah oleh dinginnya angin malam pegunungan.
Karena kehabisan air
minum, sekitar pukul 08.00 wib kami melanjutkan perjalanan turun ke Surya Kencana
(surken). Surya Kencana, sebuah lembah di antara Gunung Gede dan Gunung Pangrango.
Sebuah dataran luas yang ditumbuhi bunga-bunga Edelweis yang indah, namun
sayang Edelweis belum bermekaran. Di Surken, kami pesta makan. Mulai dari
sarden, kornet, sampai sayur ‘ala Sheba Bilqis yang lumayan enak. Jam sudah
menunjukkan pukul 02.00 wib. Setelah makan kenyang, sholat dan packing, kami
melanjutkan perjalanan turun. Dan sesungguhnya petualangan baru dimulai.
Di perjalanan, rombongan
terbagi otomatis menjadi 3 bagian. Niken dan Didi meluncur jauh Di depan
diikuti Fajar dan Imam. Saya dan beberapa teman lainnya berada di rombongan
tengah. Sedangkan Sheba dan keluarganya berada pada rombongan paling belakang
karena harus menunggu Kak Joke yang cedera kaki.
Di rombongan tengah,
Gebi dan Fahmi mulai pincang. Bahkan Gebi sempat beberapa kali oyong dan jatuh.
Rombongan awal dan tengah kembali berkumpul di perbatasan perkebunan. Hari
sudah mulai gelap, namun rombongan belakang masih belum kelihatan. Kami
memutuskan untuk menunggu. Karena sudah mulai kedinginan, kami terpaksa
melanjutkan perjalanan. Beberapa langkah meninggalkan perbatasan, dari atas
hutan muncul suara gaduh dan sinar senter, rombongan belakang sudah datang.
Nobel, Tegar (bom2), Ace, Mac, Ben, Fajar, Lazuardi, Gebi, Fanju, Arya, Imam, Sheba, Daden, Joke, Rijal, Tami, Miya, Fahmi, Hardian karyo, Diah, Niken dan Didi |
gokil..
BalasHapuspantesan gw nelponin anak2 dari jam 1 siang ga ada yg angkat, eh baru bisa jam 6 sore..
alhamdulillah akhirnya pada selamat..
(fahri)
kapan kita naik gunung pangrango atau ciremai?
HapusAyo2 aja dah kalau bisa setelah sidang hahahahaa
BalasHapusAnak teknik sipil wajib mendaki gunung.
BalasHapusHaha sumpah setelah 7 tahun gw br baca ini blog. Kreatif lo bro.... gw jd berusaha mengingat2 lagi perjalanan... yg gw inget cm pas turun kakinya sakit wkwk
BalasHapus