Lihat videonya DISINI...
KANGEN rasanya pengen naik gunung lagi. Emang udah ada rencana jauh-jauh hari pengen naik lagi. Bahkan naik gunung mau kami jadikan agenda rutin. Hehe… nanti saat minggu tenang setelah selesai ujian sisipan/mid kita naik ya!... tapi, terlalu banyak halangan, inilah, itulah… akhirnya gak jadi-jadi. Emang, kalo mau naik gunung harus diadakan dadakan, biasanya kalo direncanakan jauh-jauh hari sering gak kesampean.
KANGEN rasanya pengen naik gunung lagi. Emang udah ada rencana jauh-jauh hari pengen naik lagi. Bahkan naik gunung mau kami jadikan agenda rutin. Hehe… nanti saat minggu tenang setelah selesai ujian sisipan/mid kita naik ya!... tapi, terlalu banyak halangan, inilah, itulah… akhirnya gak jadi-jadi. Emang, kalo mau naik gunung harus diadakan dadakan, biasanya kalo direncanakan jauh-jauh hari sering gak kesampean.
Jumat, 4 Juli 2008
Akhirnya, sampai diujung penantian. Gunung yang akan kami taklukkan sekarang adalah gunung Lawu (3265 mdpl), lebih tinggi dari gunung sebelumnya. Kalo mengingat pengalaman yang sudah-sudah, ini bakalan jadi perjalanan yang berat. Gunung Sindoro aja (3153 mdpl), naiknya sampai 3 harian gitu.. tapi moga-moga gak sampe kaya gitu lah. Selain kita udah mulai berpengalaman (cielah) dan kemaren di gunung Sindoro juga lama kerena cuaca yang kurang mendukung. Mumpung sekarang cuaca lagi baik, udah jarang hujan. Moga aja perjalanan kami lancar.
pic. didalam bus menuju Solo
Sekarang team kami berubah formasi. Yang tadinya berisi aku Hardi, Hendri dan Ical, sekarang Ical gak ikut, tapi diganti oleh 2 orang teman. Idon dan Aan. Idon, pendaki pemula yang masih lugu, dan Aan, katanya sudah pernah naik gunung sebelumnya, tapi kita gak tau gimana kemampuannya. Perlu di tes gak tuh.
Habis shalat jum’at, kembali ber 5 ngumpul di tempat Hendri (asrama mahasiswa Sumatra barat di Jogja), ternyata tempat yang salah, cos arah kita terlalu berlawanan, secara Lawu terletak di Jawa Timur/perbatasan dg Jawa Tengah, dan kita akan menuju Solo. Akhirnya, naik bus kota dulu ke terminal Giwangan dan melanjutkan perjalanan ke Solo. “jauh kau pergi meninggalkan diriku….” Alunan lagu “jauh” itu terdengar sedikit sumbang dinyanyikan oleh pengamen di dalam bus jurusan Jogja-Solo, tapi gak apalah, ada persediaan uang receh juga ni, itung-itung amal, kalo-kalo sampe gak pulang selamat nantinya.
Sampai di term. Tirtonadi, Solo. Perut udah sempoyongan sedari di bus tadi, makan dulu. masih ada bus terakhir menuju Tawangmangu. Langit di Kota Solo sudah mulai gelap saat itu, kami berangkat lagi naik bus menuju Tawangmangu. Malam sekitar jam 8 an gitu, sampe di Tawangmangu. Nyambung lagi naik mobil kecil Colt L-300 menuju basecamp pendakian Cemoro Sewu. Ada 2 akses menuju puncak Lawu, Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang. Rute Cemoro Sewu lebih mudah, makanya kami gak mau ambil resiko, bawa anak-anak pemula juga nih, takut kenapa-kenapa.
pic. nobel di puncak lawu
Sebelum berangkat sholat maghrib dan isya dulu, baru kali ini wudhu pake air es. Duingin buanget… selesai sholat, dinginnya udara pegunungan membuat perut jadi laper lagi. Makan mie panas-panas asik neeh. Habis makan mie, berdoa sejenak. Dan mulai survive…
Memasuki gerbang Ceomoro Sewu, jalan masih landai. Melintasi hutan lebat yang ditumbuhi pohon-pohon tua yang mulai mati, bahkan ada pohon yang tumbang menghalangi jalan. Hendri memimpin di depan sebagai leader karena memang dia mempunyai fisik yang kuat dan jalannya paling cepat, aku yang ke dua, dan yang lain tertinggal di belakang. Jalan mereka yang di belakang kaya kura-kura, makanya ketinggalan. Hehe…
Diperjalanan terjadi suatu insiden, Aan jackpot alias muntah. Mabuk laut kalee… katanya perutnya mulai gak enak sehabis makan mie tadi… padahal yang lain enak-enak aja tuh… wah, kayaknya bakalan gak sampai puncak ni kalo ada yang sakit, batinku.
Udah agak enakan An? Yuk jalan lagi!... segerombolan pendaki yang menamai dirinya Resmapala, yang tadi udah duluan mendaki, tersusul. Pake Speed berapa km/jam gitu? Hehe… istirahat seenaknya aja, gak pake jadwal. Jalan yang kita lalui sekarang berbatu, susunan batu yang membentuk anak tangga dengan kemiringan hampir 45 derajat. Pos demi pos kami lewati, akhirnya sampai juga di Pos terkhir, Pos 4 ato 5, aku lupa… kami mendirikan tenda karena udah merasa sangat lelah mendaki selama 8 jam. Kami memutuskan beristirahat sampai pagi. Berarti, keindahan sunrise di Lawu terlewatkan, apa boleh buat…
Sabtu, 5 Juli 2008…
Setelah pagi tiba, selesai sarapan mie instant dan segelas susu cokelat, kami menghangatkan badan di sinar mentari pagi. Aan udah gak kuat lagi mendaki, padahal puncak sekitar ½ jam perjalanan lagi, dia memilih tinggal di tenda aja dari pada pulang minta di tandu. Kami berempat, aku, Hendri, Hardi dan Idon meninggalkan Aan sendirian di tenda dan melanjutkan perjalanan. Lumayan, ada yang jaga barang, jadi kita gak repot berat-berat bawa carrier ke puncak.
pic. sarapan pagi
Dengan semangat 45 kami melanjutkan perjalanan. Kira-kira jam 9 pagi, sampai di Puncak Hargo Dumilah (3265 mdpl), merupakan puncak tertinggi di gunung Lawu. Aku masih ingat saat foto sendirian lagi buka baju dan memegang bendera merah putih di puncak lawu. Emang udah direncanain kaya gitu dari kemaren. Puas rasanya berada disana. Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kebahagiaan yang kurasakan.
Gak berlama-lama di sana. Setelah selesai foto-foto kami turun, kasian, Ntar Aan nunggu lama di tenda. Trus turun gunung dech…. Udah…
pic. puncak Lawu 3265 MDPL
Gunung lawu keren abies.
BalasHapus